Internasional | 27.01.2011
Lolos dari Kekejaman NAZI karena Nasib Baik
Berbusana jas wol warna hitam, ia duduk di sofa sambil membuka album foto yang diletakkan di pangkuannya. Foto-foto kenangan pahit masa mudanya di zaman NAZI. "Anda lihat, ini bintang Yahudi, kami harus menjahitnya di baju. Di mana-mana terdapat pengawas, jika seseorang hanya menempelkannya dengan peniti, orang itu langsung menghilang."
Di zaman NAZI Joseph berulangkali ditangkap dan hendak diangkut ke kamp konsentrasi. Sebuah mujizat terjadi, karena ia selalu dapat lolos dari kekejaman NAZI.
Di saat Perang Dunia 2, sebagai anak warga Yahudi, Joseph juga mendapat perlakuan diskriminatif di sekolahnya. Setiap hari ia disuruh maju ke depan kelas dan dipukuli guru yang anggota NAZI. Korban dan saksi hidup kekejaman NAZI itu, dengan lancar dan kata-kata sederhana menceritakan pengalamannya. Joseph sudah bercerita ratusan kali kepada para siswa dan remaja di sekolah dan gelanggang remaja.
Juni 1942 orangtuanya diciduk NAZI dan diangkut menggunakan mobil barang. Itulah terakhir kalinya Joseph menyaksikan orang tuanya masih hidup. Beberapa bulan kemudian giliran dirinya yang ditangkap polisi rahasia Gestapo. "Lalu perjalanan ke Auschwitz. Amat mengerikan. Kami, enam remaja diborgol. Dimasukkan ke gerbong kereta, bersama 50 perempuan dan anak-anak yang terus menangis. Seorang remaja dari Belanda mengatakan, anak-anak, kalian tidak tahu, jika tiba di Auschwitz, kita akan langsung dimasukkan ke kamar gas."
Tapi nasib baik masih menyertai Joseph. Ia menemukan sebuah tang. Dengan alat itu ia dapat membuka borgol tangannya. Lalu tanpa berpikir panjang, ia melompat dari kereta yang sedang melaju. Ia kemudian dirawat di rumah sakit Yahudi, dengan alasan mengidap cacar air. Tapi ketika petugas NAZI akan menangkapnya, Joseph meloncat dari tingkat dua rumah sakit, dan melarikan diri walaupun menderita patah tulang. Ia kemudian ditolong seorang perempuan pengumpul pakaian bekas, dan bersembunyi selama tiga tahun.
Sesaat menjelang Perang Dunia 2 berakhir, ada orang yang melaporkan dirinya ke polisi. Dalam perjalanan ke kantor polisi, Joseph mengatakan kepada dua polisi yang menangkapnya, kalian bisa menembak saya di sini atau membiarkan saya melarikan diri. Menyadari perang hampir usai, petugas polisi membiarkan Joseph melarikan diri.
Joseph (90) hingga kini tetap tinggal di Berlin, kota kelahirannya. Dengan lugas ia juga mengungkapkan kenyataan, bahwa NAZI bukan hanya membantai enam juta warga Yahudi. Tapi juga lebih dari setengah juta warga etnis Roma, dan bahkan anak-anak Jerman yang cacat mental. Joseph juga selalu menegaskan, baginya, tetap dapat bertahan hidup dari kekejaman NAZI, bukan aksi kepahlawanan namun sekedar nasib baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar